Cahaya

Bolehkah jika saya mengatakan bahwa setiap manusia menyukai cahaya..?



sehingga begitu banyak manusia yang datang berduyun-duyun untuk menyaksikan pesta kembang api yang berkilau membelah gelapnya langit di malam tahun baru..


dan tidak mengherankan jika menu makanan di restaurant yang terletak di Dago Pakar atau puncak gunung lainnya melambung harganya, hanya karena dari spot itu kita bisa memandangi city-light dari kejauhan..
so romantic.. memang..:)


di pusat kota, gedung-gedung berlomba-lomba “memegahkan diri”nya dengan sentuhan-sentuhan lampu yang tidak saya mengerti..
apakah cahaya lambang kemegahan?

sampai-sampai banyak wanita yang sangat tertarik untuk ”menyelipkan” cahaya-cahaya kecil di bagian-bagian tubuhnya, jemari, pergelangan tangan, leher, dan sebagainya

dan bukan hal yang baru, ketika para wisatawan rela mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk menikmati sunrise dan sunset di tempat wisata favorit..
karena pesona lembayung di horizon selalu terlihat begitu eksotis

ya.. cahaya selalu mempesona..
dimanapun adanya, seperti apapun bentuknya..

tahukah engkau, kawan..
ada cahaya yang jauh lebih indah lagi..
kita menyebutnya “cahaya di atas cahaya”..

“Allah, (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah Memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia Kehendaki, dan Allah Membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (An-Nur : 35)

Cahaya di atas cahaya, yang menerangi langit dan bumi, juga hati kita..

-28 Maret 2010 : melintasi gemerlap ibu kota-

0 comments:

Daisypath Anniversary tickers