Opini : My Name is Khan


Film ini sudah diputar semenjak beberapa waktu yang lalu. Bahkan di bioskop dekat kampus pun billboard-nya sudah tidak dipampang lagi. Tapi ternyata –aneh memang- bioskop ini masih memutar film itu.
Kenapa billboard-nya ngga dipasang ya?

“Malu kali sof, kan keliatan jomplangnya tuh kalo disandingin sama film Indonesia yang sekarang2 ini”
Well, saya bukan mau mengkritisi tentang film Indonesia –yang entah kemana perginya lembaga sensor- semi sensual yang berkedok film horor itu.
Saya lebih tertarik membahas film sensasional berjudul ”My Name is Khan”

Di awal film, saya tertarik dengan pernyataan Risvan Khan saat berbicara kepada petugas bandara yang memeriksa barang-barangnya habis-habisan
“My name is Khan, ..and I’m not a terrorist”
Cool.. saya suka dengan alur penuh “goncangan paradigma” yang dibawakan oleh film ini. Khan bangga mengakui dirinya sebagai seorang muslim & yes, muslims are not a terrorist

Kemudian, cerita ini juga menggambarkan mengenai bagaimana kejadian WTC 9/11 telah membuat penduduk muslim dipojokkan di U
SA. Diskriminasi dalam hal pekerjaan, larangan berhijab, caci maki, sampai penganiayaan dan pembunuhan yang dialami oleh anak dari istrinya.


Film ini juga menggambarkan bahwa sebetulnya Islam tidak mengajarkan kekerasan, hingga dikutip satu ayat –yang juga diangkat oleh Presiden Obama dalam pidatonya di Kairo- :

“..barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia..” (Al-Maidah : 32)

Sangat jelas disebutkan bahwa Islam sangat menghargai sebuah kehidupan, sangat jauh dari kata “terrorist” yang dinobatkan oleh pihak-pihak yang tidak mengenal Islam secara komprehensif.

Film ini memberikan pesan baru kepada masyarakat dunia bahwa Islam bukan seperti yang mereka kira. Untuk itu saya merasa perlu memberikan acungan jempol kepada film ini.
Hanya saja, film ini tidak hanya mengkutub kepada hal tersebut. Ada kutub lain yang saya deteksi disini, mari kita simak adegan ketika Khan masih kecil dalam asuhan
ibunya.

Dalam adegan ini, ibu Khan mencoba mengajarkan moral kepada anaknya. Beliau menggambarkan dua kondisi di atas kertas. Yang pertama seorang anak yang sedang memukul temannya, yang kedua seorang anak yang sedang memberikan permen lollipop.

Ibu : Now Iook. TeII me who is hindu and musIim amongst them?
Khan : they both look same.

Kemudian muncul statement dari Ibu Khan (yang membuat saya terheran-heran) :
“Remember one thing. In this worId there are onIy two kinds of peopIe. Good peopIe
who does good things. and bad who does bad things. That's the onIy difference between human. Nothing eIse”
Hmm.. ada suasana brainwash tentang perlunya beragama disini..

Ditambah lagi Khan yang menikah dengan wanita berbeda agama. Sekilas mungkin kita akan melihat tidak adanya masalah disana, tapi disini saya mencoba untuk memberikan perspektif yang berbeda.


Saya tidak dapat membayangkan bagaimana kondisi anak yang dididik dengan kedua orangtua yang berbeda keyakinan. Agama, bukan hanya sekedar sebuah predikat. Agama bukan hanya formalitas ritual. Islam adalah sebuah keyakinan yang dipegang teguh, pegangan dalam menjalani kehidupan. Islam menjadi jawaban dalam setiap persoalan, karena Islam membawa keyakinan akan Allah. Dan keyakinan kepada Allah-lah yang menjadi sumber ketenangan dan kebahagiaan.
Mungkinkah seorang anak tumbuh dalam kebimbangan beragama...?

Di akhir cerita, film ini menggambarkan juga tentang bagaimana interaksi saling tolong menoling antar manusia dalam adegan Khan dan penduduk muslim Amerika berusaha membantu masyarakat kristen Georgia dalam musibah banjir.
Ya, tentu tolong menolong dalam kemanusiaan tidak mempermasalahkan keyakinan, seperti Rasulullah yang memberikan keamanan saat fathul Mekkah kepada penduduk yang mengusirnya dulu.

Juga mengenai kebebasan tiap-tiap orang untuk memeluk keyakinan masing-masing, yang tergambar ketika kakak ipar Khan, seorang wanita muslimah (yang merupakan seorang dosen di salah satu universitas) kembali berani mengenakan jilbabnya dan berstatement :
I'm teaching you about me presence, when even my presence has changed. My obscure is not onIy symboI of my reIigion. My obscure is my existence.

Sekian, semoga bermanfaat :)

1 comments:

  Anonymous

22:08

asw..
my name is khan emang bagus bgt...
selain yg sof ceritakan di atas msh byk pesan yg bs bs diambil,salah satunya...
-ketulusan cinta n optimis "perjuangan "khan" untuk mendapatkan kembali cinta istrinya dengan bertemu presiden AS bahkan ampe disiksa tentara AS tidak menggoyahkan niat nya tsb demi cintanya pd isrinya".

Daisypath Anniversary tickers