Hidup ini memang kompetisi. Ia berjalan di seluruh penjuru bumi, dalam batas antara kehidupan dan kematian. Di antara dua titik itu, berlaku sebuah fungsi waktu, untuk menguji optimalisasi potensi, siapa di antara kita yang terbaik dalam karya.
Dalam kisah yang sangat menarik, dikisahkan kompetisi antara ‘Umar dan Abu Bakar. ‘Umar sangat berambisi mengungguli Abu Bakar dalam amal dan pengorbanan. Suatu ketika, seorang wanita tua pernah menolak jaminan kebutuhan dari 'Umar dengan mengatakan ”sudah ada yang menjamin kebutuhanku...”
Dalam pengintaian ’Umar di keesokan harinya, ia lihat sosok kurus Abu Bakar mengendap memikul karung berisi hajat hidup si nenek.
”Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapa di antara mereka yang terbaik amalnya” (Al-kahfi:7)
’Umar dan Abu Bakar telah menjadi contoh tentang urgensi sebuah kompetisi dalam amal dan pengorbanan, bahkan tentang perlunya iri hati.
”Tidak ada iri hati kecuali dalam dua perkara. (Yaitu) orang yang diberi harta oleh Allah lalu dia belanjakan pada sasaran yang benar. Dan orang yang dikaruniai ilmu dan kebijaksanaan lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya” (HR Bukhari)
Kompetisi amal ini bisa dianalogikan seperti sebuah lomba lari. Dimana kita butuh registrasi untuk mengikuti perlombaan sehingga jika menang nanti, kita layak mendapatkan hadiahnya. Registrasi ini berupa kalimat syahadat, kunci utama dalam memegang teguh ajaran islam.
”Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tapi bila didatanginya, tak ada yang ia temukan...” (An-nur:39)
Namun, ternyata di perlombaan ini, ada juga orang-orang yang sudah mendaftar namun hanya duduk-duduk di garis start, merasa cukup dengan status keislaman itu. Islam adalah iman dan amal shalih. Islam adalah mendaftar dan berlari dengan kekuatan penuh!
(Salim A.Fillah)
Muslim selalu berusaha untuk terus mengamati sekitar, dan mencari celah untuk berperan. Mencoba mengenali potensinya, dan mendayagunakan potensi itu untuk kebermanfaatan semaksimal yang bisa ia lakukan.
Mahda ahdun naumi ya ikhwah, Laa rahata lil mu’min illa fi jannah
Sudah lewat waktu untuk tidur wahai saudaraku, tak ada istirahat bagi seorang mu’min kecuali di surga..
Spesial untuk kompetitor2ku tersayang,
berkompetisi yuk!^^
Dalam kisah yang sangat menarik, dikisahkan kompetisi antara ‘Umar dan Abu Bakar. ‘Umar sangat berambisi mengungguli Abu Bakar dalam amal dan pengorbanan. Suatu ketika, seorang wanita tua pernah menolak jaminan kebutuhan dari 'Umar dengan mengatakan ”sudah ada yang menjamin kebutuhanku...”
Dalam pengintaian ’Umar di keesokan harinya, ia lihat sosok kurus Abu Bakar mengendap memikul karung berisi hajat hidup si nenek.
”Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapa di antara mereka yang terbaik amalnya” (Al-kahfi:7)
’Umar dan Abu Bakar telah menjadi contoh tentang urgensi sebuah kompetisi dalam amal dan pengorbanan, bahkan tentang perlunya iri hati.
”Tidak ada iri hati kecuali dalam dua perkara. (Yaitu) orang yang diberi harta oleh Allah lalu dia belanjakan pada sasaran yang benar. Dan orang yang dikaruniai ilmu dan kebijaksanaan lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya” (HR Bukhari)
Kompetisi amal ini bisa dianalogikan seperti sebuah lomba lari. Dimana kita butuh registrasi untuk mengikuti perlombaan sehingga jika menang nanti, kita layak mendapatkan hadiahnya. Registrasi ini berupa kalimat syahadat, kunci utama dalam memegang teguh ajaran islam.
”Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tapi bila didatanginya, tak ada yang ia temukan...” (An-nur:39)
Namun, ternyata di perlombaan ini, ada juga orang-orang yang sudah mendaftar namun hanya duduk-duduk di garis start, merasa cukup dengan status keislaman itu. Islam adalah iman dan amal shalih. Islam adalah mendaftar dan berlari dengan kekuatan penuh!
(Salim A.Fillah)
Muslim selalu berusaha untuk terus mengamati sekitar, dan mencari celah untuk berperan. Mencoba mengenali potensinya, dan mendayagunakan potensi itu untuk kebermanfaatan semaksimal yang bisa ia lakukan.
Mahda ahdun naumi ya ikhwah, Laa rahata lil mu’min illa fi jannah
Sudah lewat waktu untuk tidur wahai saudaraku, tak ada istirahat bagi seorang mu’min kecuali di surga..
Spesial untuk kompetitor2ku tersayang,
berkompetisi yuk!^^
0 comments:
Post a Comment